2019

MITIGASI BENCANA MELALUI PESAN MURAL

2791    11 Desember 2020

PALU – Mitigasi bencana bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui pesan gambar. Dari sana seseorang memahami evakuasi mandiri ketika bencana datang.

Hal itu tergambar lewat kegiatan mural yang diselenggarakan di kawasan tambak garam, Kelurahan Talise, Kota Palu, Kamis (21/11), oleh para seniman di Kota Palu.

Rio Simatupang salah seorang seniman yang juga penggagas kegiatan mengatakan, ide menggelar mural itu, lahir atas ide beberapa seniman di daerah ini. Ide itu kemudian dituangkan dalam pesan gambar bertema kebencanaan.

Lewat mural itu katanya, mereka ingin agar peristiwa yang terjadi dan masih terekam jelas dalam ingatan bisa dituangkan dalam lukisan. Pastinya apa yang digambar merupakan kejadian dan upaya mitigasi sehingga jika suatu saat nanti terjadi lagi maka masyarakat sudah bisa bermitigasi.

“Nama kegiatan ini mural muram, untuk maknanya mural sendiri artinya gambar sementara muram dimaknai bahwa peristiwa kebencanaan lalu sempat membuat hampir

sebagian besar masyarakat terdampak bermuram. Tetapi tidak untuk bermuram selamanya namun kemudian digambarkan kebangkitan dan pola mitigasi atau pesan-pesan menghadapi bencana di masa mendatang,” ujar Rio.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu kata Rio di ikuti oleh sejumlah seniman yang ada di Sulawesi Tengah. Pihaknya memberikan kebebasan para seniman mural menorehkan karya mereka dengan kanvas dinding ruko yang pernah tersapu tsunami 28 September 2018 silam. Hanya saja sesuai tema bahwa mural yang digambar sebisa mungkin menggambarkan peristiwa- peristiwa berkaitan dengan kebencanaan termasuk upaya mitigasi masyarakat atau penyintas saat itu.

“Harapannya mural yang tergambar bisa jadi pengingat para penyintas bahwa daerah kita pernah terjadi bencana, sehingganya ingatan itu harus kita rawat salah satunya melalui gambar-gambar teman-teman seniman ini,” tambahnya di amini para seniman lain.

Roki R salah seorang seniman yang ikut pada kegiatan itu mengatakan, keikutsertaannya dalam kegiatan itu setelah melihat di jejaring sosial terkait bakal diselenggarakan mural di Kota Palu. Ia lalu menghubungi nomor para penggagas yang ada dalam promosi hingga akhirnya terlibat dalam mural muram ini. Pada kesempatan itu Roki menggambarkan peta Kota Palu, Donggala dan Sigi lengkap dengan adanya patahan sesar Palu Koro yang digarisnya dengan warna merah.

Pemilihan warna merah itu katanya sebagai penguat atau penanda bahwa kita hidup dan berkawan dengan satu sesar aktif bernama Palu Koro.

“Sebelumnya kita tidak pernah mengetahui atau mungkin sebahagian saja yang tahu bahwa ternyata kita ini hidup di atas patahan yang namanya sesar Palu Koro. Nah lewat mural ini ingin saya sampaikan pesan bahwa kita harus bijak dan wajib memitigasi diri dan keluarga bahwa kita berada di atas sesar ini. Harapannya sudah barang tentu bisa menjadi pengingat yang kemudian tidak tinggal tepat berada di atas patahan berbahaya ini,” ujar Roki.

Hampir senada Budi seniman lainnya yang ikut pada kegiatan mural itu mengatakan, gambar yang dia torehkan di dinding itu adalah simbol tidak adanya signal sambungan seluler. Artinya pada saat peristiwa bencana itu terjadi semua masyarakat seperti kehilangan signal dalam artian tidak tahu hendak berbuat apa. Dengan begitu penyintas akan kembali mengingat bagaimana ketidakberdayaan mereka pada saat bencana itu menerpa seolah- olah benar-benar kehilangan signal seperti yang dia gambar.

“Hilang signal itu yang saya gambar, seperti beginilah saat itu terjadi bingung dan tidak tahu mau berbuat apa. Semua hilang, ada yang sementara namun tidak sedikit yang hilang selamanya,” ujar Budi sembari memutar ingatan pada saat peristiwa terjadi.

Puluhan warga terlihat secara bergantian melihat para seniman Palu ini menuangkan kreasi mereka di dinding tembok. Tidak sedikit warga yang kemudian mengabadikan gambar sembari berswafoto dan membagikannya ke jejaring sosial. Tagar muralmuram di instagram secara perlahan mulai dibanjiri gambar foto dan swafoto penyintas.

Linda salah seorang penyitas dimintai keterangannya berujar, apa yang digambarkan para seniman pada dinding itu merupakan gambaran yang pernah dialaminya. Sehingganya dia seolah-olah dibawa kembali pada saat peristiwa bencana itu terjadi. Namun demikian ada gambaran mitigasi yang bisa dijadikan pesan agar kedepan kita sudah tahu berbuat apa saat bencana kembali melanda. (ksb)

Berita Terkini