HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN ANCAMAN
Jika kita berjalan ke arah kecamatan Kulawi, setelah Sungai Momi yang lama tidak dialiri air, maka di sebelah kanan ada bangunan sekolah yang terendam material banjir bandang pada bulan April 2019. Banjir bandang yang terjadi paska gempa 28 September 2018 mengakibatkan sebagian besar kelas di sekolah ini terendam material.
Walaupun demikian, pihak sekolah tetap mengusahakan agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Dengan bergotong royong, lingkungan sekolah dibersihkan agar kegiatan belajar mengajar bisa tetap berjalan. Para pelajar belajar di sekolah darurat yang dibangun di dekat bangunan sekolah yang lama. Lokasi sekolah yang terletak di dekat bantaran Sungai Miu dan Sungai Salua membuat sekolah ini berada dalam zona rawan bencana. Di lokasi ini, terdapat dua sekolah yaitu SMP Satu Atap Negeri 5 Sigi dan SD Inpres Salua.
Ketika Tim Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) yang tergabung dalam Konsorsium Emergency Response Capacity Building (ERCB) berkunjung untuk melakukan kajian terkait Program Sekolah Aman, pihak sekolah menerima dengan hangat.
"Sejauh ini, belum ada rencana untuk relokasi dari pihak pemerintah." kata Nurdin, Kepala Sekolah SMP Satu Atap Negeri 5 Sigi.
Pihak sekolah menyambut baik Program Sekolah Aman yang disampaikan karena mereka menyadari letak sekolah yang sangat dekat dengan ancaman. Sejauh ini, pihak sekolah maupun para siswa belum pernah mendapatkan materi tentang Pengurangan Risiko Bencana. Namun mereka sadar untuk bersiap bila bencana terjadi di jam sekolah.
Mendapatkan tanggapan yang baik dan kriteria berdasarkan hasil kaijan juga sudah memenuhi, maka Tim kemudian melakukan Sosialisasi kepada para Pengajar dan Pemerintah Desa untuk memperkenalkan lembaga Yayasan Pusaka Indonesia bersama Konsorsium ERCB dan program yang akan dilakukan di sekolah ini selama satu tahun. Selain Pemerintah Desa dan para pengajar, orang tua siswa, seluruh pelajar di 9 sekolah dampingan pun diundang dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Disampaikan bahwa untuk menjalani Program Sekolah Aman dengan jangka waktu yang cukup lama, dibutuhkan komitmen yang kuat agar program berjalan dengan baik hingga berakhirnya program.
Setelah kegiatan sosialisasi, pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Dasar untuk para pengajar dilaksanakan. Para pengajar dituntut untuk terlibat aktif dalam pelatihan tersebut, karena akan diminta untuk memberikan pelatihan yang sama kepada para siswa di sekolah masing-masing.
Semangat untuk siap siaga semakin tampak setelah para pengajar dan siswa terlibat dalam pelatihan PRB Dasar. Proses relokasi yang belum menemui titik terang, membuat pihak sekolah, baik pengajar maupun para siswa belajar untuk hidup berdampingan dengan ancaman. (ypi)