2019

SEKOLAH KADER PEDULI CETAK GENERASI MUDA YANG PEDULI DAN INKLUSIF

2169    10 December 2020

Guna menyiapkan penggerak-penggerak muda yang membentuk jaringan dalam ragam simpul penggerak desa yang sekaligus menjadi penghubung antar desa, pada 23-25 Agustus 2019 kemarin, Karsa Institute melaksanakan kegiatan Sekolah Kader Peduli. Kegiatan ini dikemas dalam kegiatan luar ruangan selama tiga hari tersebut di Bumi Perkemahan Olobuju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Kegiatan ini diadakan melalui Program Peduli yang merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh pemerintah bekerjasama dengan organisasi masyarakat sipil untuk mempromosikan dan mendorong inklusi sosial dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam kegiatan ini, Karsa Institute bekerja sama dengan Kemitraan Partnership, melalui program tersebut, telah melakukan berbagai proses pengorganisasian, pendidikan dan fasilitasi di berbagai desa di Sulawesi Tengah.

“Pengalaman ini telah memberi kesempatan kepada pegiat di Karsa Institute untuk belajar mengenai desa, dimana selama ini, Karsa Institute telah terhubung dengan simpul-simpul penggerak desa, dari berbagai kalangan, baik pemerintah desa, tokoh adat, pemuda, para perempuan desa serta tokoh-tokoh agama,” kata Budiansyah, selaku Program Manager dari Karsa Institute.

“Refleksi dari tindakan-tindakan itu antara lain mendorong Karsa Institute untuk mulai melakukan upaya sistematis dalam mendidik kader-kader muda penggerak desa,” tambahnya.

“Agar mampu menjadi penggerak di desa masing-masing, kesadaran kritis para kader tersebut dibangun, kemampuan- kemampuan teknisnya ditingkatkan, supaya terpimpin dan terhubung dalam suatu jaringan kerja yang luas, lintas desa,” lanjut Budiansyah.

Peserta dari Sekolah Kader Peduli ini sebanyak dua puluh anak- anak muda yang berasal dari tiga kecamatan di Kabupaten Sigi. Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pipikoro, Kulawi Selatan, dan Kulawi.

Diskusi-diskusi yang menarik tentang berbagai topik, diantaranya pendidikan, strategi pengorganisasian,  inklusi, peta tata ruang, dan pemerintahan desa yang diselingi dengan permainan-permainan, pemutaran dan diskusi film dokumenter membuat para peserta antusias dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Sekolah Kader Peduli ini. Partisipasi para peserta sangat diutamakan dalam setiap kegiatannya, untuk mendorong munculnya inisiatif dan jiwa kepemimpinan mereka.

“Tentu saja tetap dalam pengawasan, panduan, dan tanggung jawab para fasilitator Karsa Institute,” kata Budiansyah.

Salah seorang peserta dari Desa Peana, Kecamata Pipikoro, Ferlianti Kristi, mengatakan bahwa setelah mendapatkan materi tentang inklusi, ia kemudian menjadi paham dan disadarkan akan keberadaan sekelompok orang yang terpinggirkan dan kurang dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan maupun pengambilan keputusan di desanya. Moh. Rifai dari Desa Namo, Kecamatan Kulawi, menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya karena bisa mengikuti Sekolah Kader Peduli ini.

Setelah mendapatkan materi tentang pemerintahan desa, ia tergerak untuk membantu perbaikan di pemerintah desanya. Selain meyatakan rasa terima kasih, para peserta juga berharap agar sekolah kader ini terus berlangsung.

Setelah pembacaan Ikrar Kader Penggerak Pembaruan Desa oleh Moh. Rifai, Direktur Eksekutif Karsa Institute, Rahmat Saleh menyampaikan bahwa seluruh proses yang dilaksanakan dalam kegiatan Sekolah Kader Peduli berjalan dengan baik.

“Saya berharap agar para kader yang mengikuti kegiatan ini kembali ke desa masing-masing membawa karakter pemuda yang bersemangat tinggi, tidak mudah putus asa, dan berani membawa perubahan,” kata Rahmat.

“Tidak hanya karakter kuat sebagai pemuda namun juga pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan selama kegiatan ini bawalah ke desa masing-masing. Jadikan alat untuk membawa perubahan ke desa masing-masing menuju ke yang lebih baik,” tambah Rahmat.

Dalam melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi di desa, Rahmat berpesan agar jangan melihat permasalahan tersebut berdasarkan asumsi, jangan hanya dari satu sudut pandang.

“Bisa jadi permasalahan yang terjadi adalah permasalahan yang terstruktur, bukan diakibatkan oleh orang yang bersangkutan itu sendiri,” pesannya.

Terkait keberlanjutan Sekolah Kader Peduli ini, disampaikan pula bahwa kegiatan ini akan terus berlanjut dan ada tahapannya. Tahap pertama adalah Tahap Kader Pratama, seperti yang sudah dilangsungkan selama tiga hari kemarin. Tahap berikutnya adalah Tahap Kader Madya dan kemudian Tahap Kader Utama. Yang terpenting adalah bahwa para

kader memiliki inisiatif kuat dan tidak merasa terpaksa untuk melanjutkan proses tersebut.

Salah satu pesan kuat yang disampaikan oleh Rahmat dalam penutupan tersebut adalah mengajak para kader desa tersebut untuk mulai peduli terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak, tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.

“Tidak ada perbuatan baik yang salah dan tidak berguna. Teruslah berbuat baik dan berguna bagi orang lain,” tutup Rahmat. (mdk)

News Update