2019

PEMBANGUNAN JEMBATAN IV, TUAI DUKUNGAN DAN KRITIK

2252    10 Desember 2020

PALU – Rencana pembangunan kembali Jembatan Palu IV, menuai tanggapan beragam dari masyarakat Kota Palu. Ada yang mendukung, ada pula yang mempertanyakan urgensi dan peruntukkan pembangunan kembali jembatan ini.

Issrin Assagaf (45), warga Kelurahan Palupi, Kecamatan Tatanga mengatakan, dirinya mendukung rencana pembangunan kembali Jembatan IV. Hal demikian menurutnya dapat mengurai kemacetan yang terjadi di dalam Kota Palu.

Sejak Jembatan Palu IV ambruk, kata dia, sejumlah ruas jalan dan jembatan yang dulunya tidak terlalu padat dilalui kendaraan, sekarang sangat padat saat jam berangkat dan pulang kerja.

“Kemacetan sering terjadi di Jembatan II dan Jembatan III yang merupakan jalur  kendaraan dari arah timur menuju  kawasan barat Kota Palu,” jelasnya

Issrin bukan satu-satunya warga yang mendukung pembangunan kembali Jembatan IV, dukungan itu juga datang dari Adi Setiawan (23), warga Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore.

Menurutnya, pembangunan jembatan ini, dapat mengurangi jumlah kendaraan berat, seperti truk kontainer dan truk barang, yang lalu lalang di jalanan dalam kota.

“Misalnya di Jembatan III, kalau sudah sore, kendaraan sudah antri di jembatan. Agak ngeri juga kalau kita paksa lewat, terus terhenti di tengah jembatan,” ujarnya.

Senada, Herlinda (21), mahasiswi IAIN Palu, mengungkapkan pembangunan Jembatan IV ini penting, agar jalur transportasi ke arah Palu bagian barat dapat lebih lancar.

“Kalau jembatan itu dibangun, akses jalan ke kampus IAIN Palu lebih dekat, seperti sebelum bencana,” ujarnya.

Berbeda dengan Reza Aditama (25), warga Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, dirinya mempertanyakan apa urgensi pembangunan kembali jembatan tersebut.

Menurutnya pembangunan Jembatan IV, harus dipikirkan kembali, jika modelnya sama saja seperti sebelumnya, lebih baik tidak usah dibangun kembali. Apalagi, kawasan Jembatan IV masuk zona merah.

“Lagi pula pembangunan Jembatan V kan sementara dibangun. Jadi, urgensi dan peruntukkan pembangunan kembali jembatan ini harus jelas, agar tidak bernasib sama dengan jembatan sebelumnya,” ujarnya.

Menyikapi tanggapan beragam tersebut, Kepala Bidang Data dan Informasi Bappeda Kota Palu, Ibnu Mundzir, Selasa, (3/9/2019) menjelaskan, pembangunan Jembatan Palu IV dimaksudkan sebagai jalur inner ring road atau jalur lingkar dalam.

Menurutnya, jalur transportasi yang ada saat ini, tanpa kehadiran inner ring road, yang dihubungkan dengan Jembatan IV, akan menjadi tidak efisien, baik dari segi kemacetan, maupun potensi biaya yang membengkak, akibat kemacetan tersebut.

Menurut dia, jika tanpa adanya jalur lingkar dalam, maka akan tidak baik bagi struktur transportasi dalam kota, sebab jalur pergerakan kendaraan dari arah barat yakni jalur Palu-Donggala dan dari timur jalur Palu-Pantoloan tidak akan efektif, jika melewati jalur tengah.

Lanjut Ibnu, jalan yang nantinya akan dihubungkan dengan jembatan tersebut, sebagai jalur transportasi lingkar dalam dimana fungsinya sebagai penghubung antara pusat kegiatan lingkungan di barat Kecamatan Ulujadi dan Palu Barat/BWP I dengan pusat kegiatan di timur, Kecamatan Palu Timur dan Mantikulore/BWP III.

“Jadi fungsi jembatan sebagai penghubung antar wilayah pengembangan,” ujarnya.

Adapun pada 8 Agustus 2019, panel ahli untuk perencanaan pembangunan pesisir pantai Palu yang optimal, yang diinisiasi oleh Kementerian PPN/Bappenas di Palu, JICA, melalui Tenaga Ahli Bidang Pencegahan Bencana Naoto Tada, mengusulkan pendekatan baru, yakni elevation road (jalan yang ditinggikan), sebagai rencana pengganti tanggul penahan tsunami.

Elevation road inilah lanjut dia, merupakan jalan yang nantinya akan dihubungkan oleh jembatan yang didanai dari hibah JICA senilai 2,5milyar Yen tersebut.

“Pihak JICA, pada rencana awal, ketinggian elevation road sekitar 6,5 meter di atas permukaan laut dan 4-5 meter dari permukaan tanah di sekitarnya,” ucapnya.

Namun, setelah dilakukan survei tambahan oleh tim JICA, elevation road dengan ketinggian itu dapat menambah kedalaman genangan tsunami di dalam Kota Palu. Sebab itulah, ketinggiannya harus dikurangi sebesar 1,0 -1,5 meter dari yang sebelumnya.

Walhasil, ketinggian jalan menjadi kurang lebih 5 meter di atas permukaan laut dan 2,5-3,5 meter dari permukaan tanah di sekitarnya.

Akan ada dua segmen elevation road. Segmen pertama, sekitar 3,5 kilometer, membentang di pesisir pantai sebelah barat muara Sungai Palu, dari wilayah pantai Kelurahan Silae hingga Kelurahan Lere.

Segmen kedua membentang sepanjang 1,6 kilometer di pesisir pantai sebelah timur muara sungai Palu, dari pantai Besusu Barat hingga pantai Talise. Kedua segmen inilah yang akan dihubungkan oleh jembatan tersebut.

Naoto Tada mengklaim, konstruksi elevated road yang direncanakan dapat mengurangi kedalaman genangan tsunami di area sebelah dalam jalan selain karena ketinggian jalan yang ditinggikan, juga berkat adanya mangrove yang direncanakan akan ditanami di depan elevated road.

Reporter : Jefriyanto

Editor: Sarifah Latowa

Berita Terkini